Stasiun televisi Israel, Channel 13, melaporkan pada Selasa (28/11/2023), bahwa para anggota gerakan Hamas itu diisolasi total pada sel-sel penjara yang mana dijaga sangat ketat.
“Para tahanan tak dapat berjalan-jalan dalam halaman penjara, makan di malam hari bersama, juga dipaksa mendengarkan lagu-lagu Israel, termasuk lagu kebangsaan, sepanjang hari,” demikian laporan media tersebut.
Menteri Ketenteraman Publik tanah Israel Itamar Ben Gvir menyerukan pemberlakuan undang-undang yang mana menciptakan tahanan bisa jadi dikenakan hukuman mati.
Tel Aviv mengaku sudah pernah menangkap sebagian anggota kelompok Hamas di area kota-kota kemudian pangkalan militer Israel, dalam pinggiran Jalur Gaza, pada 7 Oktober 2023.
BACA JUGA:
- RS Indonesia Dijejali Ribuan Warga Palestina, Jadi Harapan Terakhir Di Gaza Utara
- Victor Osimhen Keluar dari Pemusatan Latihan Timnas Nigeria dikarenakan Cedera
- Media Korea Selatan Ledek Vietnam, Sebut Son Heung-min cs Tak Ada Manfaat Lawan Mereka
- Ulah Israel Bom Rumah Sakit pada Gaza Bikin Raja Arab Saudi Marah, Siap Kirimkan Bantuan
- Warga Palestina Kibarkan Bendera Rusia Dan Korea Utara, Minta Bantu Putin-Kim Jong Un
Sementara itu, Palestinian Prisoners Society mengungkapkan pada Selasa bahwa jumlah keseluruhan warga Palestina yang mana ditangkap oleh pasukan negeri Israel di tempat Tepi Barat sejak 7 Oktober bertambah menjadi lebih besar dari 3.290 orang.
Sekjen PBB Desak Gencatan Senjata Penuh
Sekjen PBB Anfonio Guterres menggerakkan gencatan senjata penuh dalam Jalur Gaza. Dia mengumumkan bahwa jeda kemanusiaan antara negara Israel dan juga kelompok perlawanan kelompok Hamas Palestina tak menyelesaikan kesulitan utama.
“Pertama-tama, saya ingin menyatakan bahwa jeda kemanusiaan merupakan langkah ke arah yang tersebut benar – merupakan simbol harapan, tetapi itu bukan menyelesaikan hambatan utama yang dimaksud kita hadapi,” kata Antonio Guterres pada konferensi pers dengan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki, Selasa (28/11/2023).
“Oleh oleh sebab itu itu, kami menekankan perlunya gencatan senjata kemanusiaan yang tersebut mengarah pada pembebasan sandera tanpa aturan juga segera, dan juga kemungkinan memberikan bantuan kemanusiaan secara efektif untuk seluruh warga di dalam Gaza, dalam mana pun merekan tinggal,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang pesannya terhadap pemerintah negeri Israel yang digunakan mengungkapkan pertempuran akan berlanjut ketika jeda berakhir, Guterres mengatakan: “Pesan saya sangat jelas. Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan”.
“Kita mengalami situasi kemanusiaan yang mana dramatis. Pada pada waktu yang mana sama, kami ingin pembebasan penuh seluruh sandera yang tersebut kami yakini harus dilaksanakan tanpa persyaratan kemudian segera, tetapi kita juga memerlukan gencatan senjata kemanusiaan pada Gaza, sekarang juga,” katanya.
Qatar pada Mulai Pekan di malam hari mengumumkan kesepakatan untuk melanjutkan jeda kemanusiaan empat hari awal selama dua hari tambahan, untuk memungkinkan pertukaran sandera lebih besar lanjut.
Israel meluncurkan serangan militer masif dalam Jalur Kawasan Gaza menyusul serangan lintas batas yang mana dijalankan organisasi Hamas pada 7 Oktober.
Serangan yang dimaksud sudah pernah menewaskan lebih lanjut dari 15 ribu orang, termasuk 6.150 anak-anak, dan juga 4 ribu perempuan, menurut otoritas kebugaran dalam wilayah kantong tersebut.