Ketiga mahasiswa itu merupakan massa dari Gerakan Nasional Indonesia (GMNI), yakni Mario, Anof, lalu Ano.
Usai dibebaskan, ketiganya mengaku jika mendapatkan kekerasan dari pihak kepolisian mulai dari dipukuli, diinjak, hingga dicekik.
Mario mengaku pemukulan itu dijalani saat dirinya ditangkap hingga saat diinterogasi.
“Sempat dipukulin, diinjak-injak, juga diancam secara verbal,” kata Mario, Jumat (20/10/2023).
BACA JUGA:
- Pemkot Makassar Sembelih 62 Hewan Kurban untuk Idul Adha 1445 H
- Pj Wali Kota Palopo Asrul Sani Pimpin Langsung Aksi Bersih Sampah, Respon Cepat Keluhan Masyarakat
- Jamaah Masjid Al-Ikhwan Bogar Ucapkan Terimakasih ke Ketua DPRD Palopo
- Anjungan City of Makassar Pantai Losari Siap Tampung 20 Ribu Jemaah untuk Shalat Idul Adha 2024
- Ditutup dengan Meriah, Pj Gubernur Harap Festival Sulsel Menari Kembali Digelar Tahun Depan
Mario menambahkan, jika saat penangkapan, banyak barangnya yang hilang. Mulai dari charger hingga peci GMNI.
“Badan lecet-lecet juga, ditarik, diinjak juga, fisik juga pas diangkut itu saya punya badan diinjak. Saya punya dada juga diinjak di area situ,” jelasnya.
Kemudian Anof, menyatakan dirinya juga mendapat hal serupa. Ia bahkan dimaki sebab dianggap meresahkan.
Anof juga mengaku, ponselnya sempat disita saat mendokumentasikan penangkapan.
“Dan dia sempet nyita hp saat kita dokumentasi secara paksa. Terus pukul kita satu per satu. Saya punya rusuk itu ditendang,” ucapnya.
Sementara, Ano mengatakan dirinya tak belaka dipukul dan juga ditendang, namun juga sempat dicekik. Ano kemudian juga menunjukan belas cekikan yang digunakan masih terlihat merah di area bagian lehernya.
“Dicekik lehernya sampe di area tempat introgasi. Baju saya juga robek. Ditendang juga,” tutup Ano.
Sebelumnya tiga orang mahasiswa sempat ditangkap polisi lantaran menerobos masuk dalam barikade yang mana mengarah ke Istana Negara.